All is not lost…

Bismillah

I once lost a favourite pair of pants once. It was dark in colour, and most importantly it was very wide – which looks almost sinisterly like a skirt when you wear one, and almost briliantly hides the shape of your leg, which I thought was pure genius.

I hunted through high and low for it,  but it just seemed to magically disappear – which truly stump me at a lost. I’d understand a pin, or a sock if they have gone missing… but pants? Where on earth could they possibly go?

So I put it far from my thoughts  when one day they were suddenly no longer there – but every now and then, with the remaining curiousity still lingering at the back of my mind, I could not help but flick a drawer or two at the most random place… just in case somebody misplaced it in this household.

I don’t know why, though, at one point, a part of me was driven to just rummage through that bottom part of the closet (a signal from, Him I supposed). I mean, when you open your wardrobe, the first thing you’d do is scan all the iridescently hanging, well-arranged clothes and, to go ‘Hmmm I wonder what’s on the floor‘ was the last thing on your mind. So, like I said, I don’t know what drove me, but there I was standing before my open wardrobe, and finally bent over to scout what’s underneath the neatly (rather fully-packed) hanging clothes… and lo’ and behold, there it was, the wretched pants! All crumpled lying on the floor of the wardrobe – it must’ve accidentally fell of its hanger.

Well, I thought, all is not lost after all.

And indeed how true that notion was in life as well.

At one point in our life, we may hit rock-bottom, we had become so lost; the Islamic spirit which was once a raging fire…was now gone, poof into thin air. Where had it all gone now?

We were no longer the same fiery-spirited Muslim we were, once-upon-a-time. We prayed, but we’re often late now..or probably missed it every once in a while. Our clothes.. slowly looking like it just ran out of materials to cover our entire length.

Where is the Islam in me?

Alas, all is not truly lost. If we care to dig down deep enough in search of our lost spirit – it’s still there, beneath all the Dunya wastes we have constantly stuffed ourselves with. Deep down there’s that shimmering Imaan waiting to shine; waiting to embrace its true Islamic value, and to finally, for once, become a true Muslim once more.

Praying-A-psychological-treatment

Rayyan Islam

They’re never quite the same, are they?

Bismillah

Here I am staring at the computer’s screen with a bag of ready-made, prepacked Famous Amos chocolate chip cookies in my hand, and I thought: they’re never quite the same, are they?

The prepacked Famous Amos chocolate chip cookies sold separately at the Supermarket, if you realised, were never quite the same – never as mouth-wateringly good; never as melts-in-your-mouth good – as the freshly-baked, hot of the oven “fresh” Famous Amos cookies sold at their own little tuckshop.

The former felt too bland; too…”cold”, like something was amiss; never quite as tasty and tempting as the real thing.

00bf209f-08c8-455a-a930-76a617a45fa1

And this made me think of Islam.

No wonder the World today is so petrified with Islam. 

The Islam presented today was so, so, far off from the real thing – that it was so hardly-recognizable.

And it was no wonder the kids today, Muslims, were more than too keen to shake it off from their skins. Almost like Islam is a “disease” they were more than happy to be departing from. 

So much was added – and so much was taken away – that to be practicing Islam in its truest sense earned a flabbergasted stare right off the street, or anywhere you go.

But, just like one is eating the prepacked version and the original  version of Famous Amos, one could tell you that latter tasted way, way better -almost an undescribable feeling that can only be felt if you have tasted it yourself. And so is Islam. One can only go as far as describing at length the beauty of living under the heed of the pure Islamic teaching – but in the end, you would have to try it yourself to truly feel its awesomeness.

 

Rayyan Islam

(Visit Rayyan’s Dream for more articles:))

2 janji

SH1

Dalam khutbah Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam yang terakhir, baginda berpesan: “Wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya.  Itulah Al-Quran dan Sunnahku.”

Persoalannya sekarang, adakah kitani masih mengikutinya?

Tepuk dada, tanya iman.

ADA HIKMAH DISEBALIKNYA

Tiba-tiba Jillah mengaga Kakay…

cd3737_7bde29a098e447d0866ab0043189ddfb

Jillah:   “Kakay, kenapa kau menangis? Ok kau kah?”

Kakay: *sob sob* “Aku…inda ku tahu lagi apa kan ku buat. Ngalih ku sudah. Kan give up ku! Rasa inda ku mau hidup lagi daripada ku rasa sakit!”

Jillah: “Astaghfirullahal’azim. Cuba kau beristighfar dahulu! Inda baik nyamu kalau kau cakap camatu! Apa-apa ni mesti bersabar. Cuba kau tarik nafas plahan-lahan pastu hembus plahan-lahan”

Kakay pun buat apa yang kana suruh oleh Jillah. Jillah meluahkan rasa apa yang ia pendam, sampai inda mau lagi kan hidup di dunia ani. Jillah pun cuba untuk menenangkan Kakay supaya Kakay inda membuat kerja yang inda diingini. Jadi, Jillah pun timbul satu idea, terus ia bagi satu kertas damit untuk Kakay.

Jillah: “Cam mani, aku ada sesuatu untuk kau.  Aku mau kau ikut senarai yang ku bagi ani.”

cd3737_7373c1c015034f5bbca2df811d33504a

Kakay: “Untuk apa ni?”

Jillah: “Kau ikut saja, no worries, one day kau akan tau.”

Kakay masih bingung. Inda banyak fikir, Kakay pun ikut saja cakap Jillah kerana curiosity nya sangat tinggi.

Kakay: “mbah ok. Jadi, yang ke satu ani, apa saja aku buat disana?”

Jillah: “kau jumpa saja seorang wanita bernama Laiha.  Tarus kau bagitau yang aku suruh kau bejumpa kedia.  She knows tu.”

Kakay pun take note, dan dia pun bersedia untuk berangkat ke sana.  Jillah menahan Kakay sekejap terus ia berkata, 

Jillah: “Kay, bila kau sampai ke tempat-tempat yang dalam list atu, kau mesti sediakan hati yang terbuka dan tenangkan fikiran.  Anggaplah ani satu kehidupan yang terakhir yang kau akan hadapi.  Aku yakin, kau inda akan rasa sakit, insya Allah.”

Kakay pun faham dengan kata-kata Jillah tadi.

***

cd3737_5a15db0cd6d644c4bb72a71e61d2dcaf

Kakay pun sampai di “Hostel Jom” dan seperti apa yang Jillah suruh, terus di berjumpa dengan Laiha.

Laiha:  “Assalamu’alaikum, cari siapa?”

Kakay: “Wa’alaikumussalam, err aku kan cari orang yang bernama Laiha.”

Laiha:  “Saya Laiha, nama siapa?” 

Kakay: “Kakay. Errm, aku kana pesankan, oleh si Jillah untuk berjumpa dengan kita.”

Laiha:  “Eakah?  Alhamdulillah, jadi biskita yang saya tunggu ani. Inda papa.  Jillah ada pesan arah ku jua untuk berjumpa seorang perempuan. Biskita lah tu. Jom.”

Laiha pun membawa Kakay masuk hostel dan terus Laiha membawa Kakay ke surau.  Kakay semakin banyak tertanya-tanya dalam fikirannya. Somehow ia sendiri pun inda tau apakan dibuat.  Surroundingsnya ramai perempuan, dan dia yakin semua orang yang ia jumpa atu, yang tinggal di hostel.  Laiha mengaga Kakay.

Laiha:  “Sebentar lagi kan ‘isyak.  Tani solat berjema’ah ye”

Al kisah, Kakay lama sudah inda bersembahyang. Awal-awal memang takut kan sembahyang pasal takut lupa. Laiha pun terus membantunya dan Kakay dengan rela hati untuk mengikutnya.

Setelah selesai solat ‘isya berjema’ah, Laiha berdiri dan terus membagitahu arah durang.

Laiha:  “Alhamdulillah, insya Allah sebentar lagi, program “Wake Me Up Night” akan dimulakan.

cd3737_28bf72b2a354470f8f3f9a2d9a4fed3d

Program “Wake Me Up Night” telah di aturkan oleh Laiha sendiri.  Laiha menyampaikan satu topic mengenai “The Journey Begins”  tersebut dan Kakay duduk dibelakang pun, mendengar apa yang telah disampaikan.  Somehow, Kakay tenang dan mengambil pengajaran dari topic yang disampaikan.

Program tersebut pun diakhiri dengan tasbih kifarah dan Surah Al-‘Asr.  Laiha terus mengaga Kakay.

Laiha:  “Kakay, tidur lah sini for tonight dengan kami.  Insya Allah, esok kita akan sama-sama qiam, solat Tahajjud.  Terus ada aktiviti selepas solat Suboh.”

Kakay: “Ok. Tapi, inda papa kah ni, aku disini? Sal aku bukan orang hostel.”

Laiha:  “Tiada halangan jika ingin beribadat kepada Allah. Don’t worry. Ok saja, insya Allah. Besides, warden pun izinkan.”

Kakay pun dengan nada ragunya lagi, terus melimpang dengan mereka.  Hati Kakay pun ada rasa tenang but at the same time, tertanya-tanya kenapa perlu disini.

Esok paginya, lapas selesai solat tahajjud, solat subuh berjema’ah dan aktiviti, program pun dah habis.  Laiha membawa Kakay makan pagi di tempat disediakan.

Setelah selesai, Laiha pun bertanya kepada Kakay,

Laiha: “Kakay, kita ada simpan satu kertas kecil yang kana bagi oleh Jillah?”

Kakay: “Ada.”  Terus ia keluarkan dan tunjukkan kepada Laiha.

Laiha: “Masya Allah, ani sama-sama tani ni ke pantai.”

Kakay pun bangang. Laiha terus senyum.

Laiha: “Inda papa, sekejap lagi, ada seorang kaka akan mengambil kitani.”

Kakay terdiam sepanjang perjalanan. Pada masa yang sama, timbul lagi tanda tanya.  Kakay ingin bertanya tetapi inda terkata pada mulutnya. Dengan ikut gerak hatinya, dia mesti tunggu dan lihat apa tujuan seterusnya yang dia hadapi.

***

Setelah sampai di pantai.  Kakay terkajut melihat ramai perempuan yang datang.  Laiha dengan iskinya perkenalkan Kakay arah durang. Mereka bersalaman dan berpelukkan. Kakay rasa awkward tapi at the same time, Kakay tiba-tiba tersenyum bila berjumpa dengan durang. Happy ya. Walaupun inda kenal dengan durang, dengan ada sesi ta’aruf, Kakay pun rasa tenang dan dapat bergaul dengan durang.

cd3737_983ea80815984abebd4e9332f0bb809a

Dengan banyak aktiviti dan Kakay pun makin iski ya.  Kakay banyak di pelajarinya. Yang paling siuk dihadapinya adalah pengajaran tentang kehidupan dan berjuang bersama dengan sahabat-sahabat. Dari sana Kakay mengenali erti persahabatan dan erti kehidupan yang sebenar sebagai seorang hamba kepada Allah. Semakin hari semakin tenang Kakay hadapi, tetapi, masih tertanya-tanya kenapa Kakay harus menghadapi situasi macam ani.

Setelah selesai, kaka yang membawa durang Laiha dan Kakay pun bertanya kepada Kakay dimana dia tinggal. Terus Kakay pun bagitau dan kaka tersebut menghantar Kakay kerumah tempat tinggalnya iaitu “Rumah Idaman”.  Kakay awal-awal inda mahu balik, tetapi memandangkan hatinya pernuh rindu dengan ibu bapanya, dia harus tabah dan bersabar bila berjumpa nanti walaupun kana marah.

Setelah sampai dirumah, Laiha berpesan pada Kakay,

Laiha: “Kay, jangan give up aa, teruskan perjuangan. Kami sentiasa mendo’akan moga Allah memilih kitani semua di Syurga. Esok jangan lupa datang ke masjid ye.”

Kakay senyum dan angguk tanda faham. Masuk rumah terlihat ibu duduk di bilik tamu.

“Assalamu’alaikum,”  Kakay memberi salam. Ibunya pun jawab salamnya dan terus terkejut yang Kakay dah balik.

cd3737_5dfa23b6a9fd4a64baa09367d45023a6

Kakay dengan menangis nya pun berkata:

“Ma, Pa, aku minta maaf pasal aku membuatkan kamu marah. Minta maaf banar-banar.  Inda ku mau lagi lari, aku kecarian mama bapa. Minta maaf banar-banar.” 

Ibu Kakay: “Kami maafkan. Kami pun minta maaf lai. Yang penting kau balik dengan selamat. Alhamdulillah.”

Dengan tenang hatinya, Kakay menghabiskan masanya untuk bersama kedua ibu bapanya.

Setelah Kakay selesai solat, dia terus berdo’a,

“Ya Allah, perjalanan penuh dengan ujian yang kau berikan.  Ampunilah aku, atas kesalahan dan dosa yang ku lakukan, sehingga aku tidak berdaya untuk hidup di dunia ani.  Kuatkan lah hati ku ya Rabb.  Aku yakin, ini adalah terbaik yang Kau berikan.”

Sebelum tidur, dia membaca list paper yang kana beri oleh Jillah.  Tinggal satu tempat yang ea belum lagi aga, iaitu Masjid Nur. Awal-awal ea hairan apa ada di sana. Terus ia tkanang pesan si Laiha yang esok jangan lupa ke masjid dan Kakay yakin, masjid yang di maksudkan atu Masjid Nur.

***

cd3737_946d25a866af4ce289c04afba2ee4790

Esok paginya, Kakay menuju ke Masjid Nur. Dengan hairannya, ia nampak satu banner “Zero To Hero, Be The Chosen One”. Terus ea masuk masjid, ramai orang. Dengan surprisenya Jillah mengaga Kakay.

cd3737_af8ecba64a984caba20c1c423df0d175

Jillah:   “Assalamu’alaikum Kakay!  Awak berjaya!”

Dengan gembiranya Jillah, dia terus peluk Kakay dan Kakay pun gembira jua berjumpa dengan Jillah. Jillah pun sambung cakapnya,

“Alhamdulillah, kau sudah berjaya dan selamat datang ke program kami. Aku masukkan sudah namamu arah senarai perserta. Dan sekarang secara rasminya kau dipilih menjadi peserta Zero To Hero.”

Kakay: “Alhamdulillah, terima kasih Jillah, tapi aku masih tertanya-tanya wah Jillah.

Jillah: “Apa tu?”

Kakay: “kenapa kau buat semua ani? Maksudku kenapa aku kau suruh?”

Jillah tersenyum pun menjawabnya,

“Aku mau kau mengisi masa mu dengan kebaikan pasal kehidupan ani ada sebabnya kenapa Allah jadikan untuk kitani. Jadi, memandangkan kau kawan ku dari dulu, jadi aku usaha untuk menolong kau untuk mengikuti senarai yang ku bagi dan alhamdulillah kau sudah disini. Apa perasaan mu masa ni?”

Kakay pun menjawab dengan hati dan senyum, 

“Alhamdulillah, kau tau, aku rasa tenang. Setiap tempat yang ku singgah atu, kebanyakkannya terjawab soalanku sama buat aku sedar. Aku pun inda terkata lah, memang Allah atu inda sia-sia menciptakan kitani untuk beribadat kepadaNya di dunia ani. Terima kasih Jillah, kerana kau ada menegur, aku indakan berada disini ani.”

Jillah: “Allah yang patut kau terima kasih, kerana Allah lah, kau disini dan Allah memilih kau untuk berada disini.”

Kakay: “padantah tema program ani Be The Chosen One”

Jillah: “Are you the chosen one?”

Kakay: “Yes, i am the chosen one”

Minta Maaf

minta maaf

A: “Bar, jangan marah aa.  Aku takut kita marah arah ku,”

Bar: “kenapa?  kabak-kabak pulang jantung ku,”

A: “Kita marah ni arah ku,”

Bar: “kenapa pulang?  Pasal apa?”

A: “It’s benda dunia pulang saja,”

Dalam beberapa minit, si A memang speechless dan takut berabis.

Sekalinya…

A melihatkan laptop kepada Bar.

A:  “Bar, minta maaf aa.  Jangan marah aa, jangan kecewa aa.  Aku inda expect benda ani happen.  Sorry!!

Bar: “Astaghfirullah, rupanya pasal ani you kan bagitau ani.  Fikirtah apa,”

A: “aku takut kita marah”

Bar: “Astaghfirullah, aku inda kisah pun, garit kecil saja.  Aku pun garit-garit kalau aku pakai,”

A: “Sorry aa,” (*menangis)

Bar: “it’s okay.  Inda papa.”

A: “Inda marah aa? Inda kecewa?”

Bar: “inda” (*senyum)

Bar terus peluk si A supaya ea tenang dan inda takut lagi.

Pengajaran:

Jangan remeh temehkan perkara dunia kerana ianya sementara.  Dalam kisah diatas, saling memaafkan adalah salah satu punca jiwa kita tenang.  Selagi inda di sampaikan, selagi atu jua, inda nyaman rasa.  Walaupun benda kecil.  Jujur dan minta maaf.  Kita pun maafkanlah dan jangan sekali-kali dibesarkan hal, terutamanya hal-hal yang kecil.  Bak kata orang putih “Forgive and Forget”.  Kita disebaliknya, tenangkanlah hati orang yang meminta maaf.  Sekurang-kurangnya hati orang tenang dan tidak rasa bersalah.  Rasulullah Salallahu’alaihi Wassalam sendiri memaafkan orang yang memaki, mencaci baginda, apatah lagi kitani?

Saling memaafkan kerana Allah.

Hadiah

Hadiah

 

14_41

“Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari Kiamat).”  (Surah Ibrahim ayat 41)

Doa seorang anak adalah salah satu diantara doa yang diperlukan oleh ibu bapa mereka, samada hidup ataupun mati.  Hargailah selagi ibu dan bapa kita masih ada.  Bila mereka tiada, harapan mereka adalah doa kita untuk mereka.

Bayangkan, kita dipertemukan dengan ibu bapa kita di Syurga, dan itulah impian kita sebenarnya.

Saling doakan.

Learn to say ‘No’

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

I remembered my teacher said, “Learn to say ‘No'”  and that moment i sincerely myself to others.

I love this quote below:

Learn-to-say-no-770x380

It’s a matter of our heart actually.  People tend to say, “Just follow your heart” or “Listen to your heart” (*singing Listen To Your Heart) 😀  Anyways…

Sometimes, if people need need help from us, in our mind like “err, i had some stuff to do after this” or “full packed schedule” or “i could but…” or worst “no, i don’t want to help”.  But in our heart like, “but he/she need help” or “well, i have to help” or “just go with the flow” or “what to do? if i’m not help, pity, if i do help, i will be late”.  Mix feelings.  At the end “well what to do, i just help then”

Fear not…if we do sincerely, even though we have to, Allah will count our good deeds.  Let’s take an analogy.  Every morning at working hours, traffics all around.  Every time i drive, i always look people standing and waiting to get cross the roads.  Even though there is a bridge for people to get cross safely but it is too far.  Yet i understand those feelings.  Every time i saw a ‘U-Turn’ sign, i saw some cars, lining up and wait to u-turn.  Yet i understand those feelings.  Imagine we in that situation, that is the same feeling that people felt. Every single day.  So sometimes, what i do i just slow down and highlight to them and let them pass.  Even though i have to but i always imagine that if i am in that situation.  Because one of my friend shared from the hadith says:

Narrated Anas bin Malik:

The Prophet (ﷺ) said, “Make things easy for the people, and do not make it difficult for them, and make them calm (with glad tidings) and do not repulse (them ).” (Bukhari)

Masha Allah…

But how we learn to say ‘No’?

We can show our sincere, instead of saying ‘No’.  For example; if we have something emergency, and someone needs help, you can say, “i really love to help but i have an emergency that i need to go”.

Another example; if your colleague needs help to finish the paperwork and you also doing another paperwork, we can simply said, “i’m sorry i can’t do it now, but i can do it for you later after i’m finishing up my paperwork”

There are many ways actually.  The question is, how are we going to say it in a good way so that people could understand and try not to give them high hopes.  I know it’s kind of harsh and we feel sorry for ourselves and for them but sometimes there are lines that we shouldn’t cross it because it may be affect to our health if we over doing it.  So we must be slow and study.  Allah tests us in many ways, is just that how we handle it.  It is okay to say ‘No’ because we cannot manage to do everything ‘Yes’.  Unless if we do one at the time.  Islam never taught us to torture ourselves for do everything.  Islam taught us to take one at a time, maintain on what we do even if it small things.  The most important thing is, always refresh our niat for Allah Subhanahu Wata’ala.

Wallahu’alam